Monday, 12 December 2011

Untuk kejadian sehari-hari macam membeku dan mendidihnya air, kedua angka tersebut memang aneh, bahkan bagi mereka yang biasa menggunakannya. Angka-angka tersebut terlanjur demikian karena seorang pembuat botol dan fisikawan amatir Jerman bernama Gabriel Fahrenheit (1868-1736) membuat beberapa keputusan buruk.
termometer suhu badan menggunakan derajat Celcius

 Peralatan untuk mengukur temperature sudah ada sejak 1592,walaupun belum seorang pun tahu definisi temperature, dan tidak seorang pun mencoba memasang angka-angka pada alat ukur itu.

Maka di tahun 1714 Fahrenheit membuat tabung kaca berisi benang air raksa yang sangat tipis. Ia memilih benda cair itu karena cantik, mengkilap, dan mudah dilihat sewaktu naik dan turun akibat pemuaian atau penyusutan karena mengalami pemanasan dan pendinginan. Akan tetapi thermometer Fahrenheit seperti alat sejenis terdahulu tanpa angka, dan terpikirlah olehnya untuk memasang angka-angka pada alatnya, maksudnya supaya orang-orang lebih mudah membuat perbandingan.
Maka Fahrenheit mulai merancang seperangkat alat untuk dituliskan pada tabung kacanya. Namun,susunannya harus sedemikian sehingga air raksa akan naik ke angka yang sama pada semua thermometer ketika berada pada temperature yang sama. Dan disinilah Gabriel mulai berulah. Para sejarahwan mungkin masih berdebat soal jalan pikirannya sesungguhnya, namun cerita berikut mungkin masuk akal.
Pertama, ia berpendapat bahwa karena sebuah lingkaran penuh memiliki 360 tahap yang disebut derajat, alangkah baiknya jika thermometer pun memiliki 360 tahap-sekalian menyebutnya derajat-untuk rentang antara temperature air beku dan temperature air didih. Akan tetapi 360 akan menyebabkan tiap derajatnya terlalu kecil, maka sebagai ganti ia memilih 180.
Kini mantaplah satu derajatnya, yakni tepat 1/180 jarak tabung antara tanda air membeku dan tanda air mendidih, selanjutnnya ia masih bingung tentang angka yang dipakai. Nol dan 180? 180 dan 360? Atau 32,212?(bukankah 212-32=180?).
Maka, ia memasukkan thermometer nya ke dalam sebuah campuran paling dingin yang dapat dibuatnya-sebuah campuran antara es dan suatu bahan kimia yang disibutnya ammonium chloride-dan disebutnya termperatur itu “nol”.(Gawat, dalam hal ini Anda terlalu arogan,Gabriel!! Begitu yakinkah Anda bahwa orang lain tidak akan mampu membuat temperature hamper 460 derajat di bawah temperature Anda.)
Ketika ia mengukur temperature nya tubuh dia sendiri, termometernya naik sampai 100 angka. (Baiklah, tepatnya 98.6 tapi jangan lupa menyimak kenapa angkanya demikian.) itulah salah satu kelebihan Fahrenheit ; sebagai manusia ia ingin agar temperature tubuh manusia mencatat angka 100 pada skala thermometer.
Sesudah itu, ia memasukkan termometernya ke dalam campuran es dan air, dan menemukan air raksa di dalamnya 32 derajat lebih tinggi daripada temperature nol campuran dinginnya. Maka, itu sebabnya titik beku air menjadi 32 derajat pada skala Fahrenheit. Akhirnya, jika temperature air mendidih harus 180 derajat lebih tinggi dari itu, berarti ia mendapat 32 angka + 180, atau 212. Sampai disini dulu cerita tentang Gabriel Fahrenheit.
Enam tahun setelah tubuh Fahrenheit menjadi sama dengan sekelilingnya, seorang astronom Swedia bernama Anders Celsius (1701-1744) mengusulkan skala centigrade untuk temperature, yang sekarang kita sebut skala Celcius. Centigrade artinya 100 derajat; ia menetapkan ukuran derajat sedemikian sehingga antara titik beku dan titik didih air terdapat 100 derajat, bukan 180 derajat. Selanjutnya ia mendefinisikan “temperature nol”nya pada titik beku air, sebagai titik acuan yang dapat diolah dengan mudah. Maka ia menetapkan titik didih air jatuh pada temperature 100 derajat.(Yang menarik,dengan alasan yang hanya diketahui para astronom Swedia, Celsius mula-mula menetapkan 100 untuk titik beku dan nol untuk titik didih, tetapi sepeninggal orang membalik ketetapan tersebut.
Lalu, bagaimana dengan angka 98.6 yang oleh sebagian orang disebut sebagai temperature tubuh manusia “normal”?  Itu jangan dianggap serius. Suhu manusia berubah-ubah sedikit tergantung waktu dalam sehari, atau dalam sebulan(untuk wanita), juga karena metabolisme. Akan tetapi suhu manusia memang rata-rata berkisar pada 37 derajat Celsius pada kebanyakan orang, maka dokter menyebutnya “normal”. Coba berapa harga Fahrenheit untuk 37 derajat Celsius? Betul, 98.6 derajat, angka yang kelihatan keren daripada angka bulatnya..
Bicara soal konversi, saya tidak pernah bosan untuk mengumumkan sebuah cara mudah untuk mengonversi temperature. Saya tidak tahu mengapa guru-guru terus menerus mengajarkan rumus-rumus yang rumit itu di sekolah, dengan angka 32, kurung-kurung dan pecahan yang tidak tetap,padahal ada cara yang lebih jauh dan lebih sederhana namun akurat.
Bagini caranya :
Untuk mengubah Celsius ke Fahrenheit, tambahkan 40 kalikan dengan 1,8 kemudian kurangi dengan 40.
Untuk mengubah Fahrenheit ke Celsius,tambahkan 40 bagi dengan 1,8 kemudian kurangi 40
Hanya begitu saja. Rumus di atas mujarab karena (a) 40 derajat di bawah nol pada kedua skala mempunyai temperature yang sama dan (b) satu derajat Celsius 1,8 kali besar daripada satu derajat Fahrenheit.  (180:100=1,8).
Ada satu hal yang sering dilupakan : thermometer sesungguhnya hanya mengukur temperature mereka sendiri.
Coba renungkan. Sebuah thermometer dingin menghasilkan bacaan temperature rendah; sebuah thermometer panas menghasilkan bacaan temperature tinggi. Sebuah thermometer tidak memberikan bacaan temperature sebuah benda sampai kita menempelkannya di benda itu dan menjadi hangat, atau menjadi dingin, sampai sama dengan temperature benda bersangkutan. Itu sebabnya kita harus menunggu sampai temperature demam dihangatkan oleh tubuh kita sebelum memberikan bacaan yang benar.

Tagged: , , ,

0 comment:

Post a Comment